(Mulun Bang Awang)
Oleh : M Wahid Nurrohman, S.Pd.
Asam digunung garam dilaut bertemu dalam belanga, pepatah itu yang pernah saya diajarkan pada saya disekolah. Namun pepatah itu nampaknya tidak berlaku di Krayan. Bagaiamana bisa begitu? Akan saya ceritakan nanti.Keunikan alam berupa garam gunung ini hanya ada di Krayan, salah satu kecamatan di Kabuten Nunukan. Ditempat itulah saya mengabdi menjalankan tugas sebagai sarjana mendidik di daerah terluar, terdepan dan tertinggal (SM-3T). |
Walau garamnya asin seperti pada umunya namun senyum warga Krayan sangat manis dan tulus khas suku Dayak. Senyuman yang kudapatkan pertama kali di Krayan saya dapatkan dari seorang nenek tua. Ia tersenyum simpul saat saya mengikuti instruksi senior saya saya sebelumnya bertugas di Krayan. Senior saya mengatakan bila ingin disayangi maka kita harus mengucapkan salam khusus warga Krayan “Uwi Mawa Nemu”, terutama bila bertemu dengan wanita yang sudah tua. Sepanjang jalan setiap kali bertemu orang saya mengucapkan kata itu.
Betapa terkejutnya saya ketika tau ternyata itu artinya adalah aku cinta pada mu. Ternyata setiap orang menertawakan saya karna saya mengatakan cinta kepada nenek-nenek. Namun senyuman tulus itulahyang membuat saya sangat senang tinggal di Krayan. Kenangan itu yang selalu setia hadir menyapaku diantara dinginya udara dataran tinggi Krayankarna setelah kejadian itu si nenek selalu mengantarkan segelas kopi hangat dan sayur untuk sarapan pagi saya.
Kenangan itu adalah salah satu memory dari sekian banyak cerita yang selalu mampu mengingatkan saya akan saat-saat dimana saya menikmati perjalanan yang sangat hebat. Perjalanan yang kulalui satu tahun yang lalu di Krayan. Bukan sekedar perjalanan untuk mengisi keinginan berpetualang, bukan juga hanya sekedar mencari pengalaman baru. Tetapi ini adalah perjalanan luar bisa, kesempatan langka manakala saya memperoleh keberuntungan untuk dapat belajar mengabdikan diri pada senyum tulus para pelangi bangsa yang rindu akan pendidikan yang lebih baik.
Kesempatan langka itu saya peroleh melalui program sarjana mendidik di daerah terluar, terdepan dan tertinggal (SM3T). Program ini adalah langkah cemerlang yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk memfasilitasi para sarjana pendidikan untuk mengabdikan diri pada bangsa dan negara. Tujuan yang ingin diwujudkan para pendidik yang memiliki panggilan hati ini adalah dapat mengabdikan diri di daerah terdepan, terluar dan tertinggal. Mereka melaksanakan tugas selama satu tahun diseluruh plosok nusantara agar dapat generasi emas Indonesia.
Hanya rasa gembira dan semangat yang ada dalam hati saat pertama kali mengetahui saya mendapat tempat penugasan di “Tana’ patar Dita”atau dataran tinggi Borneo. Tempat yang diketahui sebagai pulau terbesar di Indonesia pulau Kalimantan, tepatnyadi desa Pa’ Putuk lokasi Terang Baru Kec. Krayan Kabupaten Kabupaten Nunukan. Tempat saya mengabdi ini bagaikan sebuah negri diawan. Airnya jernih, pepohonanya rindang, dan burung bernyayi riang saat pagi menyapa.
Tempat ini juga memiliki keragam budaya, keramahtamahan yang tulus dan adat yang masih sangat dijunjung tinggi. Kearifan lokal itu terjaga diantara sungai di dasar lembah yang berarak membentuk lukisan alam sempurna, jauh dari hingar bingar keserakahan manusia. Kedamaian yang terasa ditempat itu semakin lengkap dengan kesederhanaan masyarakat lokal yang selalu menjaga kelestarian alam.
Masyarakat di daerah tempat saya mengabdi di kecamatan Krayan, mayoritas adalah suku Dayak. Suku lokal yaitu suku Dayak Lundayeh dan sebagian kecil suku Dayak Kenya sangat menghormati kami para guru SM3 T. Karena kehadiran kami juga menjadi bagian dari mereka. Mengenal lebih jauh dan Keseharian dan tata cara hidup dalam masyarakat adat Dayak. Meskipun mereka hidup digaris batas antara negara yang berbeda Indonesa dengan Malaysia, mereka hidup berdampingan dan saling mendukung satu sama lain. Hal ini terlihat dari aktivitas sosial yang mereka jalani setiap hari.
Contoh kecil yang dapat kita lihat adalah pada saat mereka melakukan kegiatan atau upacara adat. Pada saat itu mereka melakukan kegiatan secara bersama antara dua negara. Selain itu sistem perekonomian ditempat ini memiliki keterkaitan dengan negara tetangga. Bahan-bahan pokok yang digunakan untuk menunjang kehidupan sehari-hari berasal dari Malaysia. Sehingga di daerah ini ada tiga mata uang yang diberlaku yaitu rupiah, Ringgit dan Dollar Brunai.
Sungguh suasana yang unik yang pernah saya saksikan. Meski berbeda tetap hidup berdampingan dan saling menghargai satu sama lain. Sebagaimana filosofi hidup yang mereka anut yaitu mulun bang awang atau hidup dalam keharmonisan.
Namun dibalik segala keunikan dan keindahan itu butuh perjuanganuntuk mencapai lokasi ini. Karna surga ini berada diantara bukit-bukit yang menjulang tinggi. Sehingga untuk mencapai lokasi hanya dapat dijangkau dengan transportasi udara menggunakan pesawat perintis. Perjalan menggunakan pesawat tersebut ditempuh sekitar 20 menit dari bandara Nunukan.
Mode transportasi udara ini dipilih, karena hampir mustahil untuk menjangkau daerah ini bila menggunakan mode transportasi lain. Tidak ada sarana transportasi darat maupun air. Hal ini disebabkan karena daerah tersebut berada di dataran tinggi yang dikelilingi pegunungan. Dapat diibaratkan tempat ini seperti sebuah lembah dengan dikelilingi hamparan hutan hujan tropis.
Tempat yang pertama yang saya lihat sesampainya di daerah Krayan adalah dibandara Long Bawan. Saya merasa heran saat pertama kali menyaksikan bandara ini. Ukuran bandara ini sangat sempit sehingga hanya pesawat kecil saja yang dapat masuk ke bandara. Jangan samakan dengan bandara lain yang ada di kota-kota besar. Dibandara ini bahkaan kita bisa melihat kawannan kerbau yang sedang bermain.
Sungguh luar biasa namun perasaan saya berubah. Saya menjadi takjub seketika saat disambut dengan pesona alam yang luar biasa indah dan eksotik. Saya disuguhi pemandangan hutan hujan tropis yang masih asri dan terjaga kelestariannya serta hamparan savana yang menyejukkan mata. Keunikan alam lain yang tidak kalah menakjubkan di daerah ini adalah fenomena garam gunung, ada mata air asin yang dimanfaatkan oleh penduduk lokal untuk membuat garam.
|
Hal ini tidak sama dengan pepatah “Asam Digunung, Garam Dilaut” yang mungkin sering kita dengar. Dikerayan terdapat beberapa tempat penghasil garam. Diantaranya sumber garam Pa’ Nado yang berlokasi di dessa long Midang dan sumber garam Pa’ Kebuan yang berada di desa Pa’ kebuan ada juga umber garam long Layu yang terletak di desa Long Layu. Setiap sumber garam menghasilkan garam yang berbeda-beda. Ada yang berwarna putih seperti garam meja ada juga yang berwarna coklat seperti pasir. Konon keistimewaan garam gunung di Krayan adalah bila digunakan untuk memasak sayuran, maka warnanya akan tetap hijau ajaib bukan.
Masalah utama yang dihadapi penduduk di Kecamatan Krayan adalah minimnya sarana dan prasarana. Meski mereka berada di daerah yang serba kekurangan dari segi sarana dan prasarana mereka senantiasa menghormati tamu atau pendatang yang sampai kedaerah mereka, termasuk kami para guru SM-3T. Bentuk penghormatan yang mereka berikan kepada kami adalah dengan mengangkat para guru SM-3T menjadi anak angkat.
Saya diperlakukan sama dengan penduduk asli di daerah setempat dan mereka juga menghargai segala perbedaan yang kami miliki. Baik dalam hal sosial buadaya agama dan ras. Susana seperti ini membuat saya bangga dan haru. Ternyata semangat bhineka tunggal ika benar hadir dan dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada rasa curiga atau prasangka terhadap orang baru yang datang ke daerah mereka, bahkan mereka dengan suka cinta menyambut kedatangan kami. Hal ini membuatsuasana kekeluargaan sangat kental dan selalu terjaga dikalangan masyarakat dayak khususnya masyarakat suku Lundayeuh.
Dari keramahan penduduk lokal tersebut saya belajar untuk memahami dan beradaptasi dengan budaya setempat. Bentuk penyesuaian yang saya lakukan adalah dengan cara belajar berbahasa daerah. Selain itu saya belajar tentang bagaimana cara masyarakat setempat memperoleh sumber makanan. Masyarakat Dayak Lundayeh memperoleh makanan dengan cara berburu dan bercock tanam yaitu bercocok tanam padi.
Ada hal unik pada sistem pertanian di daerah Krayan. Kegiatan bercocok tanam padi dilakukan oleh masyarakat tanpa pengolahan tanah dan tanpa pupuk kimia. Merka hanya hanya mengandalkan kerbau yang dilepas saat musim panen telah berakhir. Kerbau yang dilepas itu biasanya berkubang dan mencari makan disawah. Pada akhirnya kotoran yang dihasilkan kerbau di areal sawah digunakan sebagai pupuk alami. Sehingga padi yang dihasilkan adalah padi organik tanpa zat kimia. Padi Krayan yang biasa disebut padi Adan sangat berkualitas tinggi. Sehingga hasil panen sampai diekspor keluar negri.
Selain bercocok tanam masyarakat Krayan juga gemar berburu hewan dihutan, oleh sebab itu tak jarang saat liburan saya ikut berburu bersama warga ke hutan. Kegiatan berburu ini memiliki makna mendalam tentang bagaimana cara bergotong royong dan bersosial masyarakat.
Ada Kebiasaan masyarakat Krayan yang unik saat mendapatkan hasil buruan. Mereka mebagikan hasil buruan kepada tetangga sekitar. Hal ini di ilhami dari adat mereka dahulu yakni mereka dahulu tinggal dirumah panjang. Rumah panjang adalah rumah besar yang berisi sepuluh kepala keluarga atau lebih dalam satu rumah. Budaya ini menjadikan suku Dayak Lundayeh memiliki semangat gotong royong dan jiwa sosial yang tinggi.
|
Secara umum kecamatan Krayan sebagai daerah 3 T kondisi diwilayahnya tidak jauh berbeda dengan daerah 3 T pada umumnya. Masalah yang sering dialami adalah jarak antar desa yang saling berjauhan. Hal ini menjadikan pembangunan insfratruktur sulit dilaksanakan. Sehingga menyebabkan sulitnya mendapatkan akses sinyal, listrik dan kebutuhan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk penerangan masyarakat hanya mengandalkan mesin genset atau damar sebagai sumber penerangan dikala malam tiba dan itupun hanya 2 jam saja setiap harinya. Jaringan komunikasi kerap kali terputus bahkan sempat satu bulan tidak ada signal hand phone sama sekali sehingga sulit sekali berkomunikasi.
|
Masalah lain yang dihadapi adalah akses jalan yang sangat sulit dilalui. Permasalahan ini menyebabkan terhambatnya mobilitas warga untuk medapatkan kebutuhan pokok. Karena sulitnya pengadaan barang maka harga kebutuhan menjadi sangat mahal. Bayangkan saja untuk mendapatkan satu sak semen. Kita harus membayar lima ratus ribu rupiah dan jasa ojek. Demikian juga dengan harga kebutuhan pokok yang lain semua menjadi mahal.
Sebagai guru SM-3T kegiatan keseharian saya ditempat tugas adalah menjalankan fungsi serta peran pokok sebagai guru di SMK N 1 Krayan. Sekolah ini berjarak 5 kilo meter dari tempat tinggal saya dikampung. Disekeliling sekolah hanya ada hutan rimba dan daerah persawahan. Saya biasa berangkat berjalan kaki kesekolah bersama teman yang lain.
Disekolah ini selain menjadi guru BK, sesuai dengan bidang keilmuan yang saya miliki, saya juga mendapat tugas tambahan dari kepala sekolah. Saya ditugaskan mejadi wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Selain itu saya juga mengajar mata pelajaran lain seperti ICT, KWN dan bahasa Inggris. Fungsi dan peran saya sebagai guru Bimbingan dan Konseling saya laksanakan dengan semaksimal mungkin. Meski demikian pada awalnya penuh dengan keterbatasan dan tantangan.
Diantara tantangan yang saya harus hadapi adalah kondisi sekolah yang merupakan sekolah baru didaerah tersebut. Hal ini menyebabkan kurangnya minat siswa untuk masuk disekolah tersebut. Karena rendahnya minat masyarakat untuk bersekolah menyebabkan proses seleksi tidak dapat berjalan dengan baik dan maksimal. Banyak sekali siswa yang diterima disekolah tersebut adalah siswa yang gagal diterima disekolah lain. Hal ini memunculkan berbagai problema disekolah.
Keragaman dan dinamika siswa ini menuntut saya bekerja keras untuk dapat merangkul dan merubah paradigma mereka tentang apa yang seharusnya mereka lakukan disekolah. Saya berusaha menanamkan nilai-nilai pancasiladan semangat cinta tanah air dengan berusaha melibatkan siswa untuk menjalankan upacara bendera yang sebelumnya kurang diperhatikan disekolah tersebut.
Selain permasalahan yang berkenaan dengan siswa, salah satu contoh masalah yang timbul dari sisi rekan guru. Guru disekolah ini masih menganggap bahwa BK sebagai polisi sekolah dan memiliki fungsi untuk menghukum anak yang bermasalah. Dalam menyikapi hal ini saya mencoba mengimplementasikan fungsi BK disekolah. Cara saya tempuh adalah dengan berinisiatif membuat ruang khusus untuk ruang BK.
Dengan memanfaatkan gudang bekas yang sudah tidak difungsikan lagi saya membuat raung Bimbingan dan Konseling. Hal ini saya lakukan karna sebelumnya penanganan siswa yang bermasalah disekolah tersebut dilakukan diruang guru dan disaksikan oleh guru yang lain. Tak jarang juga siswa diperlakukan kasar, dicubit ditampar bahkan ditendang sehingga siswa sering merasa terpojok, terluka secara batin dan kerahasiaan masalah siswa menjadi tidak terjaga.
Sejak saya membuat ruang khusus untuk bimbingan dan konseling terjadi perubahan metode penanganan siswa yang memiliki masalah baik masalah tata tertib maupun masalah akademik. Saya juga mencoba melibatkan guru dan wali kelas untuk proaktif dalam berbagai hal yang berkitan dengan BK.
Banyak contoh bentuk nyata fungsi layanan Bimbingan dan konseling yang saya alami disekolah tersebut. Saya pernah membimbing salah seorang siswa yang mengalami masalah ketergantungan alkohol dan narkotika, ia akan dikeluarkan dari sekolah karna seluruh dewan guru tidak lagi percaya bahwa ia akan menyadari kesalahannya.
Berkat kesabaran dan kemauan dari siswa tersebut saya dapat perlahan membantu siswa tersebut untuk mengabil keputusan yang tepat dan berhasil keluar dari kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan narkotika. Akhirnya ia bisa kembali belajar dengan baik dan lulus ujian nasional. Selain itu implementasi Bimbingan dan Konseling yang saya lakukan adalah pelaksanaan bimbingan kelompok disekolah dan mengadakan berbagai pelatihan baik pelatihan tentang kesehatan, pengembangan karir dan ekstra kurikuler yang dapat membantu siswa untuk dapat mengembang diri lebih optimal.
Dalam pelaksanaan pelatihan dan kegiatan-kegiatan disekolah saya melibatkan berbagai unsur masyarakat seperti pemuka agama atau bapak pendeta, Satgas pamtas, Puskesmas dan rekan-rekan SM 3 T yang bertugas di sekolah lain. Selain tugas pokok mengajar di SMK N 1 Krayan saya juga mengadakan kegiatan remaja dilingkungan tempat tinggal saya dan mengagas terbentuknya rumah belajar Terang Baru Berilmu.
|
Rumah belajar ini merupakan tempat dimana saya dan rekan-rekan lainnya bersama-sama membina siswa-siswi sekolah dasar untuk gemar membaca. Selain itu bersama masyarakat kami membuat program yang dapat mengispirasi masyarakat untuk lebih semangat dan peduli terhadap pendidikan seperti program peringatan hari pendidikan. Dalam kegiatan ini kami melibatkan unsur masyarakat dalam upacara peringatan dan perlombaan perayaan Hari Pendidikan Nasional serta program penyuluhan dan nonton bareng film-film pendidikan.
Demikian sekilas pengalaman selama ditempat tugas, banyak hal yang dapat saya pelajari dari pengabdian yang saya lakukan di daerah 3T. Hikmah yang saya rasakan adalah meski ada banyak kesulitan yang dihadapi dilapangan kita harus tetap berusaha memberikan hal terbaik bagi para siswa kita. Hal lain yang paling berkesan buat saya adalah saya dapat berusaha menjaga image bimbingan dan konseling yang sebenarnya.
|
Saya tidak larut dalam kebiasaan masyarakat setempat yang memiliki persepi berbeda dengan konsep BK yang seharusnya dilakukan. Tujuan bimbingan yang sesungguhnya adalah mengembangkan potensi siswa secara optimal sesuai dengan tahapan perkembangan siswa. Dengan memberikan layanan layanan dasar, layanan responsif perencanaanindividual dan dukungan sistem pada siswa yang membutuhkan layanan Bimbingan dan Konseling. Sehingga siswa dapat mandiri dan berprestasi disekolah.
0 komentar:
Posting Komentar