Sabtu, 26 September 2015

Contoh RPL BK Komprehensif

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
                                                       
                                                          HIKAYAT SUNGAI BUAYA

A.
Tema
Problem Solving
B.
Bidang Bimbingan
Pribadi
C.
Strategi Layanan
Bimbingan Kelompok
D.
Fungsi Layanan
Pengembangan
E
Kompetensi Inti
Kematangan Intelektual
F
Kompetensi Dasar
Menyadari akan keragaman alteratif keputusan dan konsekuensi yang dihadapi (Akomodasi)
G
Indikator
ü  Peserta didik dapat menganalisis permasalahan sesuai denga keadaan yang sedang terjadi.
ü  Peserta didik dapat menerima pendapat orang lain dengan terbuka
H
Tujuan Layanan
ü  Peserta mampu menganalisis permasalah yang sedang terjadi sesuai dengan situasi yang ada.
ü  Peserta didik mampu menerima pendapat dan saran dari orang lain denga perasaan yang terbuka.
I
Sasaran Layanan
Peserta didik kelas XII
J
Uraian Kegiatan
1.    Teknik Penyajian

Simulasi debat, diskusi terbuka
2.   Materi
Hikayat Sungai Buaya
K
Tempat Penyelenggaraan
Ruang Kelas
L
Waktu
2 x pertemuan (1 x 40 Menit)
M
Penyelenggara Layanan
Guru pembimbing
N
Alat dan Perlengkapan
Cerita Hikayat Sungai Buaya, Ballpoint, dan Kertas
O
Eksperientasi
a.      Tahap awal
Guru pembimbing membuka pertemuan dengan mengucapkan salam dan berdoa. Sebagai pembukaan layanan, guru pembimbing menjelaskan tujuan dari kegiatan.
b.     Tahap Inti
Guru pembimbing membagi peserta didik menjadi kelompok kecil yang terdiri 4-5 orang. Setalah itu, cerita hikayat sungai buaya dibagikan kepada semua kelompok. Peserta diminta untuk menemukan permasalahan yang terdapat dalam cerita “Hikayat Sungai Buaya”, lalu setiap peserta didik menganalisis siapa yang bersalah dalam masalah yang terjadi pada cerita “Hikayat Sungai Buaya”. Setelah  setiap peserta didik memiliki jawaban, peserta didik mendebatkan jawaban dengan teman sekelompoknya sehingga muncul satu jawaban yang disepakati oleh seluruh anggota kelompok. Setiap perwakilan kelompok harus membacakan jawaban di depan kelas dan didebatkan kembali dengan kelompok lain sehingga menghasilkan jawaban bersama mengenai urutan orang yang paling bersalah dalam masalah yang ada di cerita “Hikayat Sungai Buaya”.
c.      Tahap Akhir
Peserta didik dibimbing guru pembimbing menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan dan menutup pertemuan.
P.
Evaluasi
a.                   Awal

Guru pembimbing mengamati bagaimana antusiasme peserta didik dalam menerima materi. Hal ini ditunjukan dengan kondisi kelas yang kondusif dan peserta didik dapat mengikuti kegiatan tanpa melakukan aktivitas yang lain.
b.                  Proses
Guru pembimbing memperhatikan keaktifan peserta didik pada saat kegiatan dilaksanakan. Pada tahap ini, guru pembimbing mengamati keterlibatan/keaktifan peserta didik dalam kegiatan yang berlangsung.
c.                   Akhir
Guru pembimbing memperhatikan beberapa hal yang akan dijadikan  bahan pertimbangan untuk tindak lanjut yang akan diberikan kepada peserta didik dengan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada peserta didik yang dapat mengungkap hal-hal dibawah ini:
1.      Apakah peserta didik mengetahui makna dari simulasi yang telah dilakukan?
2.      Apakah peserta didik dapat menerima perbedaan pendapat yang ada di dalam kelompok dan menerima pendapat orang lain secara positif?
3.      Apakah peserta didik dapat membuat rencana kegiatan setelah mengikuti kegiatan yang dilakukan?
Q
Sumber
Nugraha, Agung. (2012). Program ExperientialBased Group Counceling utuk Meningkatkan Kepakaan Multibudaya Calon Konselor. TesisProgram Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.









Materi RPL Hikayat Sungai Buaya:

Hikayat Sungai Buaya
Terdapat seorang wanita yang bernama Zaitun yang memiliki calon suami bernama Buyung. Tetapi tempat tinggal keduanya terpisahkan oleh sungai lebar yang penuh dengan buaya.
Biasanya Zaitun menerima surat secara rutin dari Buyung. Tetapi setelah sekian lama, Zaitun tidak juga menerima surat dari Buyung. Zaitun khawatir bahwa Buyung tertimpa musibah sehingga selama ini tidak sempat mengiriminya surat. Maka Zaitun memutuskan untuk mengunjungi Buyung.
Di pinggir sungai, Zaitun kebingungan bagaimana cara menyeberangi sungai yang penuh dengan buaya ini. Sebenarnya Zaitun memiliki kenalan bernama Sanip yang memiliki perahu. Tetapi ketika Zaitun meminta Sanip untuk meminjaminya perahu ,
“TIDAK, urus sendiri saja persoalanmu, jangan merepotkan orang lain!” jawab Sanip.
Akhirnya Zaitun bertemu dengan tukang perahu. Zaitun meminta kepada tukang perahu untuk mengantarnya menyeberangi sungai.
pe03255_
Tukang perahu memberi syarat bahwa ia mau mengantarkan Zaitun ke seberang sungai asalkan ia mau berzina dengannya. Mulanya Zaitun menolak dan tukang perahu itu tidak memaksanya. Tetapi setelah sekian lama, kebimbangan hatinya akan keadaan Buyung kian meningkat. Dan akhirnya ia mengabulkan permintaan tukang perahu itu. “Inikan demi Buyung juga …” pikir Zaitun.
Setelah itu akhirnya Zaitun disebrangkan ke pinggir sungai. Setelah itu Zaitun bergegas ke rumah Buyung. Ternyata Buyung dalam keadaan sehat dan dia terkejut dengan kehadiran Zaitun.
“Mengapa engkau kemari ? Dan bagaimana engkau menyeberangi sungai itu?”, tanya Buyung.
Zaitunpun menceritakan kisah yang dialaminya.
Mendengar penuturan Zaitun, marahlah Buyung kepadanya
“Kau … kau … melakukan perbuatan hina itu …. ???? PERGI !! Aku tidak mau melihatmu lagi !!!”
Zaitun pun pergi dengan menangis.
Ditengah jalan, ia bertemu dengan Rambo. Rambo bertanya mengapa Zaitun menangis. Zaitun pun menceritakan kisahnya. Dan diapun mengeluarkan kekesalan hatinya terhadap Buyung yang telah mengusirnya.
Karena iba, Rambo menawarkan diri untuk membalas kekesalan hati Zaitun. Rambo pun mendatangi Buyung dan memukulinya.
Dikejauhan Zaitun bersorak kegirangan melihat orang yang melukai hatinya telah dihabisi.




RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PERCAYALAH PADA DIRIMU SENDIRI


A.
Topik
Percayalah Pada Dirimu Sendiri
B.
Bidang Bimbingan
Bimbingan Belajar
C.
Strategi Layanan
Bimbingan Klasikal
D.
Fungsi Layanan
Pemahaman
E
Standar Kompetensi
Kematangan Intelektual
F
Kompetensi Dasar
Menyadari  akan keragaman alternatif keputusan dan konsekuensi yang dihadapinya (Akomodasi)
G
Indikator
Memiliki keberanian untuk berbicara dan tampil di depan umum dalam situasi formal.
H
Tujuan Layanan
Peserta didik dapat percaya pada potensi yang dimilikinya dan berani tampil apa adanya.
I
Sasaran Layanan
Peserta didik kelas XI
J
Uraian Kegiatan
1.    Teknik Penyajian

Analisi Video, dan Tanya jawab
2.    Materi
Percayalah Pada Dirimu Sendiri (Vujinic)
K
Tempat Penyelenggaraan
Ruang Kelas
L
Waktu
1 x pertemuan
M
Penyelenggara Layanan
Guru pembimbing
N
Alat dan Perlengkapan
Laptop, LCD, dan Speaker Aktif
O
Eksperientasi
a.       Tahap awal
Guru pembimbing membuka pertemuan dengan mengucapkan salam dan berdoa. Sebagai pembukaan layanan, guru pembimbing menjelaskan tujuan dari kegiatan.
b.      Tahap Inti
Setelah situasi kondusif, guru pembimbing menayangkan video mengenai masalah percaya diri. Peserta didik dengan seksama dikondisikan untuk menyaksikan dan memahami pesan yang ada dalam video.
c.       Tahap Akhir
Peserta didik dibimbing guru pembimbing menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan dan menutup pertemuan.
P.
Evaluasi
a.       Awal

Guru pembimbing mengamati bagaimana antusiasme peserta didik dalam menerima materi. Hal ini ditunjukan dengan kondisi kelas yang kondusif dan peserta didik dapat mengikuti kegiatan tanpa melakukan aktivitas yang lain.
b.      Proses
Guru pembimbing memperhatikan keaktifan peserta didik pada saat kegiatan dilaksanakan. Pada tahap ini, guru pembimbing mengamati keterlibatan/keaktifan peserta didik dalam kegiatan yang berlangsung.
c.       Akhir
Guru pembimbing memperhatikan beberapa hal yang akan dijadikan  bahan pertimbangan untuk tindak lanjut yang akan diberikan kepada peserta didik dengan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada peserta didik yang dapat mengungkap hal-hal dibawah ini:
1.     Apakah peserta didik memahami makna dari kegiatan yang telah dilakukan?
2.     Apakah peserta didik dapat membuat rencana kegiatan setelah mengikuti kegiatan yang dilakukan?
Q
Sumber







Materi RPL Percayalah Pada Dirimu Sendiri:

Percayalah Pada Dirimu Sendiri

Di dalam KBBI Potensi adalah kemampuan yg mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya. Setiap individu/orang pasti memiliki potensi yang unik dan berbeda satu sama lain, meskipun dia kembar identik.
Potensi merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada makhluk-Nya untuk dapat dikembangkan secara optimal. Pengembangan potensi yang dimiliki disesuaikan dengan minat dan bakat yang dimiliki oleh individu tersebut. Sehingga, pengembangannya potensinya sesuai dengan yang dihrapakan.
Pada proses pengembangan potensi diri, individu harus memahami terlebih dahulu siapa dirinya, apa kemampuannya, apa minatnya, dan ingin menjadi apa dikemudian hari kelak sebagai pilihan karier yang akan dijalani selama hidupnya. Pertanyaan tersebut akan menjadi dasar bagi setiap orang untuk dapat mengembangkan potensi yang akan dikembangkan untuk mewujudkan cita-cita yang diharapkannya.

Orang yang mampu mengembangkan potensinya dengan baik dan memanfaatkan lingkungan sebagai pendorong dan fasilitas untuk maju akan memperoleh kesuksesan dalam hidupnya. Dia akan dapat mencapai tahap aktualisasi diri yang baik pada masa keemasaannya (Golden Age). 

Rabu, 09 September 2015

TIPS MENYUSUN PROGRAM BK KOMPREHENSIF

Karna merupakan sesuatu yang baru bagi saya untuk memahami Bimbingan dan Konseling komperhensif terkadang masih saya rasakan agak sulit dalam hal menyusun program disekolah. Postingan ini saya harapkan dapat membantu memberikan sedikit pengertian bagaimana langkah-langkah dalam membuat program Bimbingan dan Konseling komperhensif. Perubahan demi perubahan terjadi di tubuh Bimbingan dan Konseling yang terus menggeliat. Sebagai Guru Bimbingan dan Konseling ataupun Konselor di sekolah harus senantiasa mengikuti perkembangan perubahan tanpa henti. Persoalannya, Bimbingan dan Konseling harus terus mengikuti perkembangan zaman yang terus maju dan modern. Terperangkap dalam sikap "jadul" sangat mempersulit diri untuk mematangkan cara berpikir, bersikap, bertindak dan berbuat. Apalagi sekarang terbebani proyek sertifikasi dimana guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor di sekolah diharuskan bahkan diwajibkan untuk profesional. Dana sertifikasi yang diperoleh harus memajukan profesionalisasi untuk kepentingan peningkatan pelayanan terhadap Konseli. Sebuah kewajiban yang terus terang sangat menekan psikologis, yang suka tidak suka harus terjadi. A. Program pola 17 atau Program Komprehensif Pemilihan model program yang digunakan tergantung dari kemauan guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor, namun program Komprehensif merupakan model yang telah di kembangkan sekarang ini dan lebih diperkuat dengan adanya permendiknas no 111 tentang penyelenggaraan Bimbingan dan konseling disekolah. Model Program Komprehensif tidak harus mewajibkan guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor di sekolah untuk menerapkan semua jenis pelayanan kepada Konseli. Berbeda dengan pola 17, Guru BK atau Konselor dapat memilih pelayanan mana yang sedianya dapat digunakan sesuai kebutuhan Konseli dan situasi kondisi Sekolah. Nah, silahkan memilih mana yang simple, praktis dan tepat guna. Langkah-langkah penyusunan Program Bk Komprehensif sebenarnya tidak berbeda dengan program BK pola 17. B. Langkah-langkah Penyusunan Program BK Komprehensif 1. Lakukan Pengumpulan data kebutuhan Konseli terhadap pelayanan BK dengan menggunakan assesmen Bimbingan dan Konseling, antara lain : a. ITP ( Inventory Tugas Perkembangan ) b. AUM ( Alat Ungkap Masalah ) atau DCM ( Daftar Cek Masalah ) c. Sosiometri d. Pedoman Observasi seperti : Skala nilai sikap, catatan anekdot, atau berbagai alat pengumpulan data yang anda kembangkan sendiri untuk mengetaui apa yang dibutuhkan oleh siswa 2. Lakukan Deskripsi Kebutuhan dari Assesmen yang digunakan. 3. Lakukan Analisis kebutuhan dari hasil deskripsi kebutuhan 4. Mulailah membuat atau menyusun Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif 1) Bab I Pendahuluan a. Rasionalisasi Berisi komentar tentang latar belakang adanya BK dan Kenapa Bimbingan dan Konseling perlu ada di Sekolah Anda b. Landasan Kerja Berisi peraturan-peraturan tentang Ke BK an c. Visi Misi sekolah dan Visi Misi Bimbingan dan Konseling d. Struktur Organisasi BK e. Kerangka Kerja BK f. Deskripsi Kebutuhan g. Tujuan BK di Sekolah h. Manfaat BK Berisi manfaat bagi Sekolah, Guru, Konseli dan masyarakat 2) Bab II Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling A. Persiapan 1. SK Mengajar 2. Kalender Pendidikan 3. Alokasi Waktu 4. Analisis Kebutuhan Kurikulum BK di Sekolah 5. Silabus 6. Action Plan Program BK 7. Program Tahunan BK 8. Program Bulanan BK 9. KKM ( Kriteria Kemandirian Minimal ) 10. Satuan Layanan BK dan Satuan Pendukung Layanan BK B. Pelaksanaan 1. Daftar Konseli 2. Jadwal Pertemuan dengan Konseli 3. Agenda Harian Bimbingan dan Konseling 4. Kegiatan Program Bimbingan dan Konseling Kompre - hensif : 4.1. Pelayanan Dasar (jelaskan layanan yang digunakan dan materi kegiatannya sesuai tabel analisis kebutuhan yang telah Anda disusun). Dalam pembahasan di buku Rambu-rambu BK, ada 5 jenis layanan : Bimbingan klasikal, Orientasi, Infor - masi, Bimbingan Kelompok, dan Aplikasi Instrumen- tasi. 4.2. Pelayanan Responsif (jelaskan layanan yang digunakan dan materi kegiatannya sesuai tabel analisis kebutuhan yang telah Anda disusun). Dalam pembahasan di buku Rambu-rambu BK, ada 9 jenis layanan : Konseling Individu, Konseling kelom - pok, Kolaborasi dengan guru mata pelajaran/ wali ke- las, kolaborasi dengan orang tua/wali siswa, kolabora si dengan pihak luar sekolah, konsultasi, konferensi kasus, kunjungan rumah dan referal. 4.3. Pelayanan Perencanaan Individu Sama cara di atas, Anda jelaskan makna layanan ter - sebut, layanan yang digunakan dan materi kegiatan. 4.4. Dukungan Sistem Anda jelaskan Kegiatan apa saja yang Anda akan la- kukan beserta materi kegiatannya 5. Anggaran Pelaksanaan Program BK Anda buat tabel yang menjelaskan jenis kegiatan yang membutuhkan anggaran, berapa anggaran yang dibutuh serta asal sumber anggaran. 4) Bab III Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan BK Dalam bab ini Anda jelaskan tentang jenis-jenis evaluasi yang Anda gunakan selama satu tahun pelajaran 5) Bab IV Analisis dan Tindak Lanjut Dalam bab ini Anda susun analisis program BK tahun pelajaran yang tahun kemarin beserta tindak lanjut untuk program BK yang sekarang Anda lakukan. 6) Bab V Penutup Berisi kesimpulan dan rekomendasi Demikian yang dapat disampaikan, walau hanya sekedar petunjuk penyusunan. Untuk lebih jelasnya, dapat Anda membaca buku tentang Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan, Sumber bacaan : Suherman,Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani. Yusuf,S.,& Nurishan,J. 2009. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

PENDEKATAN PSIKOANALISIS

PENDEKATAN PSIKOANALISIS
A.      Nama Pendekatan
Nama pendekatan dalam konseling ini adalah pendekatan konseling psikoanalisis. Pendekatan psikoanalisis merupakan pendekatan yang banyak mempengaruhi timbulnya pndekatan-pendekatan lain dalam konseling.
B.       Sejarah Perkembangan
Pendekatan psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmun Freud (1856-1939). Psikoanalisis mulai diperkenalkan oleh Sigmun Freud pada buku pertamanya yaitu penafsiran atas mimpi (dream interpretation) pada tahun 1900. Ia mengemukakan pandangannya bahwa struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam ketaksadaran.
Pengertian Psikoanalisis mencakup tiga aspek : (1) sebagai metode penelitian proses-proses psikis; (2) sebagai suatu teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis; (3) sebagai Teori Kepribadian. Psikoanalisis mempunyai beberapa prinsip yaitu:
1. Prinsip konstansi
2. Prinsip kesenangan
3. Prinsip realitas
C.      Hakikat Manusia
Aliran Freud memandang manusia sebagai makhluk deterministic. Menurut Freud, tingkah laku manusia ditentukan oleh kekuatan irasional, motivasi bawah sadar (unconsciousness motivation), dorongan (drive) biologis dan insting, serta kejadian psikoseksual selama enam tahun pertama kehidupan.
Instink merupakan pusat dari pendekatan yang dikembangkan Freud. Walaupun pada dasarnya menggunakan istilah libido yang mengacu pada energy seksual, ia mengembangkan istilah ini  menjadi energi seluruh instink kehidupan. Insting-insting ini bertujuan sebagai pertahanan hidup dari individu dan manusia, berorientasi pada pertumbuhan , perkembangan dan kreativitas. Freud juga mengemukakan manusia memiliki insting mati (death instincts), yaitu insting yang berhubungan dengan dorongan agresif (aggressive drive) dan insting hidup (life instincts).
Manusia memiliki gambaran jiwa yang dapat dianalogikan seperti gunung es. Kesadaran (consciousness) yaitu berisikan ide-ide atau hal-hal yang disadari. Prakesadaran (subconciousness) yaitu berisikan ide-ide atau hal-hal yang tidak disadari yang sewaktu-waktu dapat dipanggil  ke kesadaran. Ketidaksadaran (unconsciousness) yaitu berisikan dorongan-dorongan yang sebagian besar sudah ada  sejak lahir yaitu dorongan seksual dan agresi dan sebagian lagi berasal dari pengalaman masa lalu yang pernah terjadi pada tingkat kesadaran dan bersifat traumatis, sehingga perlu ditekan dan dimasukan dalam ketidaksadaran.
D.      Perkembangan Perilaku
1.    Struktur Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalisis, struktur atau organisasi kepribadian individu  terdiri dari tiga system yaitu id, ego dan superego. Tingkah laku manusia hamper selalu merupakan produk interaksi ketiga system tersebut.
Id merupakan system utama kepribadian. Id merupakan rahim trempat ego berkembang. Id adalah sumber utama dan reservoir atau cadangan dari energy-energi psikis dan merupakan penggerak ego dan superego yang berhubungan erat dengan proses-proses jasmani, dari mana energl berasal.
Ego merupakan bagian yang memiliki kontak dengan realitas  dunia luar. Ego bertindak sebagai eksekutif yang mengatur, mengontrol, dan meregulasi kepribadian. Ego dapat dianalogikan sebagai polisi lalu lintas (traffic cop) untuk id, superego dan dunia. Tugas utama ego adalah memediasi antara insting dan lingkungan sekitar. Ego berfungsi untuk mewujudkan kebutuhan pada dunia nyata  dan mampu membedakan apa yang ada pada dalam diri dan luar diri yang disebut dengan proses sekunder.
Superego merupakan perwujudan internal dari nilai-nilai dan prinsip moral, serta cita-cita tradisional masyarakat. Superego merupakan wewenang moral dari kepribadian dan mempresentasikan hal-hal yang ideal.
System Id, Ego dan Superego saling berinteraksi. Jika Ego gagal menyalurkan kehendak Id menurut batasan realita dan nilai-nilai moral, ia akan dihukum dengan kecemasan. Menurut Freud terdapat tiga kecemasan yang dapat dialami individu yaitu kecamasan realitas, kecemasan moral dan kecemasan neurotic.
2.    Perkembangan Kepribadian
Psikoanalisis memiliki pendekatan yang unik dalam melihat perkembangan kepribadian manusia. Freud mengemukakan perkembangan psikoseksual yang merupakan dasar pemahaman terhadap permasalah yang dialami oleh konseli. Dalam pendekatan psikoanalisis terdapat lima fase perkembangan psikoseksual yaitu Fase Oral (0-1 tahun) dimana anak memperoleh kepuasan dan kenikmatan yang bersumber pada mulutnya melalui menghisap dan menggigit. Fase Anal (1-3 tahun) pusat kenikmatan terletak pada daerah anus yaitu melalui menahan dan mengeluarkan terutama pada saat buang air besar. Fase Phallic (3-5 tahun) dimana anak mulai memindahkan pusat kepauasan pada daerah kelamin, anak mulai tertarik perbedaan anatomi laki-laki dan perempuan serta pembentukan identitas seksual.
3.    Dinamika Kepribadian
Insting merupakanrepresentasi psikologis yang dibawa sejak lahir yang mengacu pada keinginan (wish) yang merupakan bagian dari kebutuhan (need).
4.    Pribadi Sehat dan Bermasalah
Pribadi yang sehat adalah pribadi yang bisa mengpntrol system id, ego dan superego, sedangkan pribadi yang tidak sehat adalah sebaliknya, pribadi yang tidak bisa mengontrol system id, ego dan superego.
5.    Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme pertahanan ego (ego-defense mechanism) memiliki dua karakteristik yaitu menyangkal realitas atau mengganti realitas (distort rality). Beberapa ego-defense yang umum digunakan oleh individu yaitu represi (repression) dan supresi (suppression), pembentukan reaksi (reaction formation), proyeksi (projection), rasionalisasi (rationalization), penempatan yang keliru (displacement), fixasi dan regresi, penyangkalan (denial), introyeksi (introjections) dan identifikasi.
E.       Hakikat Konseling
Secara umum hakikat konseling adalah mengubah perilaku. Dalam pendekatan psikoanalisis hakikat konseling adalah agar individu mengetahui ego dan menempatkan ego pada tempat yang benar yaitu sebagai pihak mampu memilih secara rasional dan menjadi mediator  antara id dan superego. Konseling dalam pandangan psikoanalisis adalah sebagai proses re-eduksi terhadap ego menjadi lebih realistik dan rasional.
F.       Kondisi Pengubahan
1.    Tujuan
Tujuan terapi psikoanalisis adalah membentiuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tidak disadari di dalam diri konseli, merekonstruksi, membahas, menganalisa, dan menafsirkan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau yang terjadi.
2.    Sikap, Peran dan Tugas Konselor
Peran utama konselor dalam konselin ini adalah membantu konseli dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang realistis, serta dalam rangka memperoleh kembali atas tingkah lakunya yang impulsive dan rasional.
3.    Sikap, Peran dan Tugas Konseli
Konseli harus bersedia terlibat dalam proses konseling secara intensif, dan melakukan asosiasi bebas dengan melakukan atau mengatakan segala sesuatu yang terlintas dalam pikirannya, karena produksi verbal konseli merupakan esensi dan kegiatan konseling psikoanalisis.
4.    Situasi Hubungan
Dalam konseling psikoanalisis terdapat tiga bagian hubungan konselor dengan klien yaitu Aliansi ( sikap konseli yang rasional dan tidak neurosis), Transferensi (proses pengalihan pengalaman kepada orang yang dipercayai), dan Kontratransferensi (pengembangan pandangan yang tidak selaras yang berasal dari konflik oleh konselor).
G.      Mekanisme Pengubahan
1.    Tahap-Tahap Konseling
a.    Tahap Pembukaan
Tahap pembukaan ini terjadi pada permulaan interview hingga masalah klien ditetapkan. Terdapat dua bagian pada tahap ini, yaitu (1) disepakati tentang struktur situasi analisis yang menyangkut tanggung jawab konselor dan klien; (2) bagian kedua dimulai dengan klien menyimpulkan posisinya, sementara konselor terus mempelajari dan memahami dinamika konflik-konflik ketidaksadaran yang dialami klien. Pada tahap ini klien menyatakan tentang dirinya dan konselor mengamati dan merekam untuk referensi tahap berikutnya
b.    Pengembangan Transferensi
Perkembangan dan analisis transferensi merupakan inti dalam psikoanalisi. Pada fase ini perasaan klien mulai ditujukan kepada konselor, yang dianggap sebagai orang yang telah menguasainya di masa lalunya (significant figure person). Pada tahap ini konselor harus menjaga jangan sampai terjadi kontratransferensi, yaitu transferensi balik yang dilakukan konselor pada klien karena konselor memiliki perasaan-perasaan yang tidak terpecahkan. Kontratransferensi ini jangan sampai mengganggu hubungan konseling dan bercampur dengan analisis transferensi klien.
c.    Bekerja melalui transferensi
Tahap ini mencakup mendalami pemecahan dan pengertian klien sebagai orang yang terus melakukan transferensi. Tahap ini dapat tumpang tindih dengan tahap sebelumnya, hanya saja transferensi terus berlangsung, dan konselor berusaha memahami tentang dinamika kepribadian kliennya
d.   Resulosi Transferensi
Tujuan pada tahap ini adalah memecahkan perilaku neurosis klien yang ditunjukkan kepada konselor sepanjang hubungan konseling. Konselor juga mulai mengembangkan hubungan yang dapat meningkatkan kemandirian pada klien dan menghindari adanya ketergantungan klien kepada konselornya.
Jika klien dan konselor berkeyakinan bahwa transferensi bekerja terus, konseling dapat diakhiri maka konselor dapat mengikuti transferensi itu untuk mengembangkan secara obyektif sehingga tercapai otonomi klien.
2.    Teknik-Teknik Konseling
a.    Asosiasi Bebas
Asosiasi bertujuan untuk meninggalkan cara berpikir yang biasa menyensor pikiran.
b.    Analisis Mimpi
mengungkapkan tentang berbagai kejadian dalam mimpinya dan konselor berusaha untuk menganalisisnya.
c.    Analisis Kepribadian (Case Historis)
Diniamika penyembuhan gangguan kepribadian dilakukan dengan melihat dinamika dari dorongan libido terhadap ego dan bagaimana superego menahan dorongan tersebut.
d.   Hipnotis
Hipnotis bertujuan untukmengeksplorasi dan memahami factor ketidaksadaran (unconsciousness) yang menjadi penyebab masalah.
e.    Analisis Resistensi (Analysis of Resistance)
resistensi berati penolakan, analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya penolakannya (resistensi). Konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensi
f.     Analisis Transferensi (Analysis of Transference)
Transferensi adalah mengalihkan, bisa berupa perasaan dan harapan masa lalu. Dalam hal ini, klien diupayakan untuk menghidupkan kembali pengalaman dan konflik masa lalu terkait dengan cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan yang oleh klien dibawa ke masa sekarang dan dilemparkan ke konselor. Biasanya klien bisa membenci atau mencintai konselor. Konselor menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonim, dan pasif agar bisa terungkap tranferensi tersebut.
g.    Interpretasi (Interpretation)
mengungkap apa yang terkandung di balik apa yang dikatakan klien, baik dalam asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien. Konselor menetapkan, menjelaskan dan bahkan mengajar klien tentang makna perilaku yang termanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resitensi dan transferensi.
H.      Hasil-Hasil Penelitian
Hasil penelitian psikoanalisis di masa kini contohnya penelitian mengenai “pengaruh katarsis dalam menulis ekspresif  sebagai intervensi depresi ringan pada mahasiswa”. Katarsis dalam asosiasi bebas menurut sudut pandang psikoanalisa merupakan ekspresi dan pelepasan emosi yang ditekan. Pengalaman emosional yang menyakitkan dalam psikoterapi, biasanya melibatkan keasadaran pada materi sebelum ditekan.
I.         Kelamahan dan Kelebihan
1.    Kelebihan
a.    Konselor bisa mengetahui masalah pada diri konseli, karena prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman masa lalu konseli.
b.    Mampu membantu konseli mengetahui masalah yang selama ini tidak disadarinya.
c.    Menolong konseli mendapatkan pengertian  yang terus menerus pada mekanisme penyesuaian diri mereka sendiri.
d.   Membentuk kembali kepribadian konseli dengan jalan mengabaikan hal yang tidak disadari menjadi sadar kembali dengan menitik beratkan pada pemahaman dan pengenalan pengalaman masa anak, untuk ditata, didiskusikan, dianalisis, dan ditafsirkan sehingga kepribadian konseli bisa direkonstruksi kembali.
e.    Meningkatkan kesadaran dan control ego terhadap impuls-impuls  dan berbagai bentuk dorongan naluriah yang tidak rasional.
2.    Kelemahan
a.    Waktu yang dibutuhkan dalam terapi terlalu panjang.
b.    Diperlukan konselor yang benar-benar terlatih untuk melakukan teknik psikoanalisis.
c.    Pandangan yang terlalu diterministik di nilai terlalu merendahkan martabat manusia.
d.   Terlalu menekankan pada libido, padahal tidak semua hal dapat dijelaskan dengan libido
e.    Pengalaman masa kecil sangat menentukan atau berpengaruh terhadap kepribadian masa dewasa.
J.        Sumber Rujukan
Komalasari, Gantina. Wahyuni, Eka. Karsih. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT indeks
Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Redaksi Rafika Aditama
Hasanah, S. Maya, A, Dina. Munauwaroh. 2013. Makalah Pendekatan Psikoanalisis. Malang